Rabu, 19 Oktober 2011
RENCANA PEMBANGUNAN MONOREL DIMATANGKAN PEMKOT TANGSEL
Meski baru perencanaan, tapi optimisme Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten membangun monorel dalam kota mulai dari Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melintasi Kota Tangerang dan berakhir di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) terus diseriusi. Rencana pembuatan monorel ini guna mempermudah akses warga Kota Tangsel dan Kota Tangerang yang selama ini bila ke Bandara Soetta harus memutar melalui tol Sedyatmo, Jakarta.
Rencana pembangunan monorel itu juga terus dimatangkan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel. Bahkan, bila Pemprov Banten tidak sanggup melaksanakan megaproyek angkutan masal itu, investor dari empat negara siap menggarap proyek tersebut. ”Monorel diminati investor karena menjanjikan,” terang Edi Malonda, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) Kota Tangsel.
Investor empat negara itu berasal dari India, Jepang, Tiongkok dan Malaysia. ”Itu juga kalo Pemprov Banten gagal merealisasikan proyek ini. Apalagi Pemkot Tangsel dalam RTRW (Rancangan Tata Ruang Wilayah, Red) juga memasukkan monorel atau liner cycle. Jadi kami tinggal memanggil para investor ini untuk mengerjalan megaproyek ini. Nanti juga mereka yang akan mengelola,” ungkapnya juga.
Nantinya, monorel yang dibangun di atas (elevated) ini akan mengelilingi 7 kecamatan. ”Kami juga ingin proyek monorel Kota Tangsel-Bandara Soekarno bisa tersambung dengan Stasiun MRT Lebak Bulus yang dicanangkan Pemprov DKI. Tujuan memang mengurangi kemacetan,” ungkapnya juga. Dia juga meyakini adanya monorel, dengan sendirinya pengguna roda empat maupun roda dua akan beralih ke transportasi masal ini.
Dengan catatan, pembangunan stasiun monorel harus terkoneksi ke sejumlah kawasan perumahan dan pusat keramaian. Untuk diketahui, 60 persen wilayah Kota Tangsel terdiri dari perumahan elite dan kelas menengah. Dalam proyek monorel ini, Pemkot Tangsel hanya mediator antara pihak swasta dan Pemprov Banten. ”Nantinya tugas kami hanya membebaskan lahan. Karena ini memang proyek provinsi,” cetusnya juga.
Tapi, untuk merealisasikan proyek ini memang membutuhkan dana yang sangat besar walau pengerjaanya hanya 2 tahun. Ketertarikan investor lantaran jumlah penduduk Kota Tangsel saat ini mencapai 1,3 juta akan melonjak hingga 2030 mendatang menjadi 3,5 juta jiwa. Belum lagi warga Kota Tangerang termasuk penumpang dari Bandara Soetta yang juga akan menggunakan monorel ini.
”I have a dream. Itu motto yang harus dipegang semua pemangku kebijakan. Monorel bukan mimpi kalau memang dikerjakan serius. DKI saja gagal membuat monorel. Tapi saya yakin Banten bisa,” ungkapnya juga.
Apalagi, tidak banyak lahan digunakan untuk angkutan masal ini karena akan menggunakan lahan di tengah-tengah pembatas jalan dengan tiang-tiang dengan ketinggian sekitar 8 meter.
Sementara Kepala Dishubkominfo Kota Tangsel Nurdin Marzuki menerangkan, kebutuhan angkutan masal memang mendesak. Apalagi saat ini per jam arus lalu lintas di Kota Tangsel mencapai 22.000 unit. Itu melonjak tajam dari 3.000 unit per jam sebelum Kota Tangsel menjadi daerah otonom baru.
”Kami memang memikirkan pembangunan transportasi masal terintegrasi. Salah satu pilihannya monorel itu,” terangnya kepada INDOPOS (JPNN Group).
Nantinya, monorel terdiri dari empat sampai lima gerbong sekali jalan dan bisa mengangkut ratusan orang. Direncanakan, akan ada 16 stasiun yang terkoneksi dalam proyek monorel tersebut. ”Lima atau enam tahun lagi proyek monorel bisa terealisasi. Saat ini sedang disiapkan blue print transportasi masal yang akan didesain di Kota Tangsel,” ungkapnya juga. (Don).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar