Sejumlah petambak udang dan bandeng di
Kampung Baru Setia Mekar, Desa Huripjaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat,
menderita kerugian akibat kekeringan selama musim kemarau tahun 2012.
"Sejak sebulan terakhir, air di tambak kami semakin menyusut akibat
kemarau panjang. Idealnya, kedalaman air tambak lebih dari satu meter,
tapi musim kering ini, ketinggian air hanya 50 centimeter," ujar Kasman
di Bekasi, Senin (24-9).
Menurut dia, hanya beberapa
petambak di Kecamatan Babelan itu saja yang berani mengambil risiko
menyebar benih udang pancet atau udang windu dalam jumlah banyak di saat
kemarau ini. "Saya juga terpaksa menyebar benih udang karena tidak ada
pekerjaan lain. Untung-untungan saja bisa panen tiga bulan lagi,"
katanya.
Dia mengaku telah menyebar sekitar 20 ribu benih
udang windu yang di tambaknya yang berukuran 10 x 10 meter ini meski
volume air tidak mencukupi. Pelepasan bibit ini, kata dia, sudah yang
kesekian kalinya dilakukan selama musim kemarau 2012. Namun selalu saja
gagal akibat pasokan air yang sangat minim. "Panen udang
pancet ini dipengaruhi kondisi air. Kalau airnya cukup hasilnya,
panennya lumayan banyak. Saya sudah merugi sampai jutaan karena musim
kering ini," ujarnya.
Petambak udang lainnya, Agus,
mengatakan, harga satuan benih udang windu Rp28 ribu. Dalam satu tambak,
benih yang disebar paling sedikit 20 ribu ekor atau sekitar Rp560.000.
"Jarang sekali ada petambak yang berani melepas benih udang hingga 200
ribu ekor dalam satu tambak, di saat musim kemarau ini, karena resiko
gagalnya tinggi," katanya.
Setelah tiga bulan, kata dia,
petambak dapat memetik hasilnya. Harga di pasaran berkisar Rp60.000
hingga Rp80.000 per kilogram. Setiap satu kg berisi 45-50 ekor udang.
"Ada yang kualitas super, satu kilo hanya berisi 15 ekor saja, harganya
jualnya memang mahal," katanya.
Namun demikian, selama
musim kemarau tahun ini, keuntungan tersebut tidak berlaku. Mayoritas
penambak mengaku mengalami kerugian. "Kami sering gagal panen.
Kadang-kadang baru berumur 1 atau 2 bulan, udang terpaksa dipanen lebih
awal. Harga jual jauh merosot," ujarnya.
Petambak
berharap, pemerintah daerah lebih peduli dengan memberikan bantuan pompa
air di saat musim kemarau. Sebab, hampir 80 persen warga di wilayah
setempat menggantungkan hidupnya sebagai petambak udang dan bandeng. (Coen).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar