Halaman


Prabowo Subianto For Presiden

Sabtu, 29 September 2012

MENGENALI DAN MEMAHAMI KOTA URBAN, 16 DESEMBER BUTUH PERJUANGAN

Seperti banyak gerakan Senam Kesehatan Jasmani, kadang kaki harus mundur kebelakang dan kadang pinggul harus selentur mungkin digerakkan. Mamahami Kota Bekasi sebagai wilayah perkotaan, homogen dan lebih banyak pendatang (kaum urban), katanya, mesti mawas dan tidak boleh sedikit pun berhenti kalau kita ingin sungguh-sungguh memahami Kota Patriot (kalau ini saya percaya dengan membaca beberapa tulisan tentang KH. Noer Alie dan teman-temannya).

Saya datang naik bis dari Menteng Raya, turun di Rawa Panjang dan langsung meluncur ke Bantargebang yang luar biasa indahnya. Menemu kenali beberapa surat yang dicopy dan tercecer di toko B yang tidak berapa jauh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang. Lalu bertemu seseorang yang tidak sungkan share tentang kota dan tanah kelahirannya, meninggalkan misi setelah beberapa mantan komandan Brigade PII pusat dan mantan Korpus PII Wati datang ke kosan di daerah.

Saya akhiri skema penghancuran peta eksploitasi Lembaga Swadaya Masyarakat atas berbagai analisa keburukan Bantargebang dengan bicara pertelpon dengan country director NGO asing di Jakarta. Tidak peduli dengan gunjingan dan kicauan karena strategi sudah jelas dan harus terus dijalankan dengan tetap berpegang pada mimpi, perubahan itu dimulai dari mana dan apa yang paling mungkin dilakukan. Mencoba mencari tempat hunian di daerah Sepanjang Jaya, sambil tetap pantai perumnas II tempat sekretariat program Urban Street Children and Support (USCES) yang pernah dibiayai Save The Children USA.

Kota terus berubah, jalan yang sebelumnya tidak ada bentuk, secara bertahap membaik dan semakin enak dilihat. Berbekal buku Advokasi Kebijakan Publik dari Mas Toto Raharjo dan almarhum Dr. Mansur Faqih, saya coba terapkan pengetahuan dari UPC+Plan+Save the Children+PACT+NDI-UI+ILO+Microsoft Indonesia. Sempat terganggu oleh aksi "pencurian" 2 buku Advokasi Kebijakan Publik yang dilakukan perempuan berinisial DN dan pria berinisial RD.

Perumahan semakin banyak, pusat perbelanjaan secepat detak jarum jam terbangun, berbagai fasilitas sosial pun terbangun mendampinginya dengan susah payah dan kelelahan. Setiap hari saya selalu melihat buruh duduk diemperan pertokooan dan halte menunggu bis jemputan, ada pula kesempatan menemui mereka keletihan disetiap pusat perbelanjaan yang saya datangi sepulang bekerja. Semua saya anggap buruh walau mereka bekerja di Jakarta, dengan kantor yang setinggi apapun, berdinding kaca, dan necis (mau itu kantor dan pabrik sama adanya).

Inilah wajah kota Urban, inilah situasi kota Urban, inilah trade mark kota Urban, inilah jendela kota Urban, inilah bibliografi kota Urban. Kota Bekasi yang sebentar lagi akan melakukan pemilihan umum Kepala Daerah dengan biaya Rp. 26 milyar dan bisa ditambah kalau nanti ada putaran kedua. Kota Bekasi yang sok yakin Incumbent parti menang satu putaran, yang sok yakin AZiB menang satu putaran, yang sok yakin SM2 Anim menang satu putaran, yang sok yakin DaLu menang satu putaran.

Sepulang dari aktifitas lama, nonton film di XXI -TED judulnya, saya buka arsip virtual office yang saya miliki. Saya lihat, baca dan pahami seluruh rekam jejak dari hampir seluruh pasangan calon -kecuali, DaLu yang tidak saya kenal-, tidak ada satupun yang bisa membuktikan semua prediksi yang pernah diunggah di media jejaring sosial. Termasuk hasil survey yang sudah dirilis baik oleh lembaga survey maupun polling koran, semua seperti plastik makanan yang sudah tidak terpakai dan dibuang di taman kantor pemkot Bekasi yang saya harus ambil dan buang ke tempat sampah.

Saya lebih suka melihat prilaku warga kota; mereka butuh kenyamanan, butuh kepastian, butuh akses mudah, butuh perhatian (dari yang dalam situasi khusus sampai yang biasa saja). Saya lebih suka mendengar canda dan tutur mereka tentang pribadi, ketimbang membicarakan kotanya yang setiap hari mereka huni. Saya lebih cocok mengamati perubahan sikap dari nilai-nilai yang mereka bawa dari kantor, pabrik dan atau pengalamannya bercengkrama di media jejaring sosial.

Mereka penggemar musik, film, alat elektronik baru, makanan serta kuliner yang turun-temurun, mereka suka kuliner yang murah dan sehat, mereka suka keamanan selama berkendaraan, mereka suka olah raga yang massif (senam rame-rame atau sepeda rame-rame). Mereka hobby betul taruhan, apa saja dipertaruhkan, asal senang taruhan memang jalan satu-satunya untuk membangun keakraban. Dan yang dipertaruhkan bukan saja sepak bola dari kompetisi apapun, tapi juga soal-soal yang remeh seperti mutasi kerja di kantor dan proyek yang mereka dapat setiap tahun kerja.

Inilah Kota Urban, jadi kalau AZiB mau menang satu putaran bagaimana yang harus dilakukan (kok diam saja didzalimi padahal tahu betul situasi sesungguhnya, apa lagi calonnya itu ketua DPRD Kota Bekasi, lalu kalau SM2 Anim mau menang apa yang harus diperbuat (kenapa itu spanduknya dirobek-robek orang diam saja), kalau DaLu mau menang sudah cocok belum dengan caranya yang mempromosikan dengan cara-cara jadul (kasus Mustofa dan manajemen komplain soal Lucky) , kalau SALAM mau menang konsolidasi seperti apa yang direncanakan (bang Salih masih ingat saya yang mahal-mahal telpon anda di Sumatra Utara saat kejadian Ciketing Udik? kenapa anda hanya tertawa?) dan kalau PAS mau menang seperti apa menjabarkan argumentasi keunggulannya (paham arti koalisi, berpasangan itu bukan menikahkan Pepen Syaikhu saja, tetapi keluarga pasangan bukan sauda!).

Warga Kota Bekasi butuh pasar tradisional yang baik! Warga Kota Bekasi butuh Sekolah yang berkualitas! Warga Kota Bekasi butuh kejelasan kredibilitas kepala daerahnya untuk mempertahankan budaya dan seni! Kota Bekasi butuh kenyamanan baik di kantor, pasar atau pusat perbelanjaan, sekolah, layanan kesehatan, kota Bekasi butuh pelayanan administrasi yang "terang" mulai pengurusan KTP sampai dengan pajak warganya. Kota Bekasi butuh prestasi agar warga nya keluar daerah bangga menjadi penghuni kota urban tersebut! (Muamar De Armos).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar