Halaman


Prabowo Subianto For Presiden

Rabu, 14 September 2011

TAHUN 2030 JAKARTA DIHUNI 13 JUTA JIWA

Berbagai peluang yang dita­warkan Jakarta, membuat kota ini menjadi tujuan utama ma­sya­rakat. Pergerakan masyarakat di Jakarta pada siang hari mencapai 12,1 juta jiwa setiap harinya. Sebanyak 9,6 juta jiwa meru­pakan warga yang tinggal di Jakarta, sesuai sensus penduduk 2011. Sementara sekitar 2,5 juta jiwa merupakan warga sekitar yang bekerja di pusat kota. Hal tersebut disampaikan Ke­pala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Ja­karta, Purba Hutapea. Me­nurut­nya, jumlah itu sudah mendekati jumlah keharusan orang yang tinggal di Jakarta, sesuai Pera­turan Daerah (Perda) RTRW (Ren­cana Tata Ruang dan Wila­yah) 2030, yang mencapai 12,5 juta jiwa. “Sekarang baru 2011. Kalau urbanisasi tidak diken­dalikan, sebelum 2030, populasi penduduk Jakarta bisa melebihi 12,5 juta jiwa,” ungkapnya. Salah satu usaha menekan pertumbuhan tersebut adalah dengan dilakukan Operasi Yustisi Kependudukan (OYK). Pada 2010, ada 3.817 orang yang terjaring OYK dan sebagian besarnya dipulangkan ke kam­pung halaman, masing-masing oleh Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta. Pemulangan pendatang baru tersebut dilakukan atas kesepakatan pimpinan peme­rintahan daerah (Pemda) masing-masing wilayah. Sebelum dipulangkan, mereka diberikan pembinaan di panti sosial milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Biaya pemulangan ditanggung sepe­nuhnya oleh Pemprov Jakarta. Purba mengungkapkan, sebe­nar­nya OYK belum sepenuhnya dapat menghentikan pendatang baru yang ingin mengadu nasib di Jakarta. Langkah lain, adalah seperti pemberian bantuan hibah ke daerah sekitar yang jumlahnya mencapai Rp 3 miliar. “Tujuan­nya, membantu membangun daerah penyangga. Sehingga tujuan pendatang tidak hanya terfokus ke Jakarta,” jelasnya. Selain itu, Pemprov Jakarta berjanji terus melakukan pem­binaan kependudukan (Biduk) bagi penduduk yang dilakukan secara rutin setiap minggu. De­­ngan berbagai program penge­ndalian mobilitas pen­duduk inilah, lanjut Purba, telah mem­buktikan jumlah pendatang baru memang menurun. “Jadi, penurunan pendatang baru itu bukan karena OYK, tapi banyak hal seperti biduk, pem­bangunan daerah dan dana tran­sfer daerah. Tujuan operasi ini untuk menim­bulkan efek jera,” tegasnya. Kepada masyarakat, Purba mengharapkan memahami tujuan OYK ini. Menurutnya, ini bu­kan­lah operasi kejahatan, karena itu harus dilakukan pem­berita­huan sebelumnya. “Bagi kami ini bukan mem­buat takut ma­sya­rakat. Ini bukan kejahatan. Kami hanya ingin terbuka, karena kalau kami diam, tidak bagus,” tan­dasnya. (Don).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar