Halaman


Prabowo Subianto For Presiden

Rabu, 01 Agustus 2012

BELAJAR MELAKUKAN PERUBAHAN SOSIAL

"Indepth Report" Oleh: Firdaus Cahyadi, Yayasan SatuDunia
Perubahan Sosial, Bagaimana Melakukannya? Perubahan adalah sebuah keniscayaan di dunia ini. Bahkan ada yang bilangbahwa tidak ada yang tetap di dunia ini, yang tetap adalah perubahan itu sendiri.Namun, persoalannya kemudian adalah bagaimana memulai sebuah perubahan,termasuk sebuah perubahan sosial.Seringkali perubahan sosial diawali dengan sebuah perubahan prilaku darisekelompok orang yang kemudian menjadi sebuah bola salju yang tidak bisadibendung. Jika demikian halnya maka, menggerakan orang untuk mendukung sebuahperubahan sosial menjadi penting. Dari sinilah kemudian muncul sebuah istilahkampanye. Tujuan dari sebuah kampanye adalah sebuah perubahan prilaku. Misalnya,kampanye tentang Keluarga Berencana (KB). Kampanye KB mengajak orang yangbelum ber-KB menjadi bergabung dalam progam KB. Belajar dari Kisah Kampanye Perbaikan Gizi dari Vietnam Dalam sebuah buku yang berjudul Switch (Switch, Mengubah Situasi Ketika Perubahan Sulit Terjadi oleh Chip Heath & Dan Heath. Penerbit,Gramedia Pustaka Utama, 2010), Chip Heath & Dan Heath menuliskankisah menarik mengenai kampanye perbaikan gizi di Vietnam. Pada tahun 1990-an,Jerry Sternin sedang bekerja di Save The Childreen. Ia kemudian diminta membukacabang baru di Vietnam.Di Vietnam Jerry harus bertugas untuk memerangi masalah kekurangan gizipada anak-anak. Ia memiliki waktu enam bulan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Sebelum berangkat ke Vietnam ia membaca hampir semua literatur mengenaipersoalan kurang gizi.Pada umumnya literatur terkait persoalan gizi mengungkapkan bahwa kekurangan gizi disebabkan oleh sanitasi yang buruk, kemiskinan, akses terhadap air bersih yang minim dan kurangnya pengetahuan penduduk pedesaan yang miskinterhadap persoalan gizi.Menurut Sternin itu semua adalah analisa yang benar, tapi tidak berguna. "Jutaan anak yang kurang gizi di Vietnam tidak bisa menunggu hingga penyebab darikurang gizi tersebut teratasi,” katanya. Ia sadar, ia tidak mampu menyelesaikan semuapenyebab dari permasalahan kurang gizi tersebut. Ia menyadari memiliki sumberdayayang terbatas.Lantas, bagaimana cara Sternin melakukan kampanyenya? Sternin pergi kepedesaan. Ia menemui ibu-ibu di pedesaan itu. Ia membagi ibu-ibu itu dalam beberapakelompok. Kemudian masing-masing kelompok diminta menimbang berat badan danmengukur tinggi badan setiap anak di desa tersebut. Selanjutnya data yang diperolehdikumpulkan dan dibahas bersama.Pada saat pembahasan data tersebut, Sternin bertanya kepada Ibu-ibu, “Apakah ibu-ibu menemukan keluarga yang sangat-sangat miskin namun memiliki anak yang lebih sehat dan besar daripada kebanyakan anak disini?”. Ibu-ibu itu ternyata menemukan adanya keluarga yang sangat-sangat miskin didesa tersebut yang ternyata memiliki anak yang jauh lebih sehat dibandingkan lainnya. “Kalau begitu mari kita lih at apa yang mereka lakukan.” Keluarga miskin yang bisa memiliki anak sehat itu, oleh dalam buku Switch, disebut sebagai titik terang. Sternin dan ibu-ibu pun bersama-sama mengunjungi titik terang tersebut. Mereka mengamati apa yang dilakukan oleh keluarga titik terang itu sehingga dapat memiliki anak yang sehat. Berdasarkan pengamatan mereka, ternyata sang ibu di keluarga titik terang itu menyuapi anaknya empat kali sehari. Sementara ibu-ibu yang lain menyuapi anaknya hanya dua kali sehari. Namun total porsi makanan yang diberikan kepada anaknya oleh ibu di titik terang dengan ibu-ibu lainya, hanya disebar di empat kali penyajian). Kenapa ini sebuah temuan yang menarik? Ternyata menyuapi anak dua kali sehari dengan porsi besar oleh kebanyakan ibu-ibu adalah sesuatu yang keliru. Hal itu disebabkan karena perut seorang anak tidak dapat mengolah makanan sebanyak itu sekaligus. Temuan lain yang menarik lainnya adalah, ternyata ibu di titik terang memberikan makan anaknya dengan jenis-jenis makanan yang beragam. Ibu di titik terang mengumpulkan udang dan kepiting air tawar dari sawah. Setelah dimasak, ibu di titik terang itu, menambahkannya ke dalam nasi buat anak-anaknya. Padahal selama ini, ibu-ibu yang lain menganggap udang dan kepting bukan makanan yang layak untuk anak-anak. Bukan hanya itu, ibu di titik terang juga menambahkan daun ubi ke dalam nasi anak-anaknya. Padahal LAGI ibu-ibu pada umumnya menilai daun ubi sebagai makanan kelas bawah. Setelah mendapatkan pencerahan dari hasil kunjungan ke rumah Ibu di titik terang, Sternin mengajak ibu-ibu tersebut mengorganisir sebuah kelompok-kelompok memasak bersama. Setiap hari, secara bergiliran, mereka berkumpul di salah satu rumah anggota kelompok untuk melakukan masak bersama. Ibu-ibu yang datang kerumah salah satu keluarga itu masing-masing harus membawa udang, ketam dan daunubi. Dan mereka pun memasak bersama untuk dihidangkan ke keluarga masing-masing. Apa yang menarik dari proses ini? Ibu-ibu mengalami sendiri memasak makanan bergizi bagi anak. Proses ini merupakan praktik dari hasil kunjungan dan pengamatannya ke rumah ibu yang menjadi titik terang sebelumnya. Ibu-ibu tadi merasakan bahwa cara untuk membuat anak mereka menjadi sehat tidaklah sulit.Setelah banyak ibu yang melakukan sesuatu untuk perbaikan gizi anaknya, maka adasemacam 'tekanan sosial’ pada ibu-ibu lainnya untuk bergabung. Apakah cara Sternin untuk memecahkan persoalan kurang gizi pada anak dipedalaman Vietnam itu berhasil? Enam bulan setelah kedatangan Sternin di pedalamanVietnem itu, 65% anak telah memperoleh asupan gizi yang lebih baik. Bahkan penelitidari School of Public Health yang datang ke Vietnam menemukan bahwa anak-anakyang belum lahir ketika Sternin meninggalkan desa itu ternyata sama sehatnya dengananak-anak yang telah mengalami 'intervensi’ program perbaikan gizi oleh Sterninsecara langsung. Apa ini artinya? Temuan tersebut mengindikasikan bahwa perubahanyang diawali oleh program perbaikan gizi oleh Sternin telah melekat.Jika diringkas, perubahan yang dilakukan Sternin memiliki pola sebagai berikut:Pertama, menemukan titik terang di desa tersebut. Kedua, melicinkan jalan bagi praktikyang telah ditemukan di titik terang tersebut oleh kelompok-kelompok lainnya denganmetode praktik sendiri. Ketiga, menularkan praktik-praktik di titik terang itu ke kelompok-kelompok lainnya. Belajar dari Pikul, NTT Mencari sebuah titik-titik terang yang dilakukan Sternin di Vietnam untuk sebuahperubahan juga dilakukan oleh Pikul di Nusa Tenggara Timur, Indonesia. MenurutDirektur Knowledge Management Pikul Torry Koeswardono saat wawancara via skypedengan SatuDunia pada akhir tahun 2011 mengatakan bahwa Pikul adalah sebuahorganisasi yang menjadi simpul dari penciptaan pengetahuan baru untuk pemenuhanhak dasar yang dilakukan oleh banyak pihak terutama mereka di akar rumput. “Cara melakukannya adalah lewat dokumentasi dan publikasi murah meriah(internet) serta event-event pembelajaran yang akan sela lu dibuat oleh pikul,” tulis Torry dalam skypenya,“ Pikul juga mendorong penciptaan pengetahuan baru denganpemberian grant kepada para aktor yang sedang melakukan perubahan dikampungnya,” “Hasilnya cukup baik,” jelas Torry. Para aktor yang dijaring membuka diri untuk menceritakan apa yang menjadi pengalaman terbaik mereka berinovasi. Bisa dilihat di website, cerita-cerita aktor itulah yang kita kumpulkan. “Tugas saya adalah membacacerita itu dan memetakannya sehingga terbentuk semacam body of knowledge darikisah sukses atau unik,” tulisnya. Adapun event-event pembelajaraan yang hingga kini masih digunakan Pikuluntuk pembelajaraan adalah dengan membangun lingkar belajar. “Kita menyebutnya Lingkar Belajar Komunitas Bervisi,” tulisnya, “Sudah 5 kali kami lakukan sepanjangtahun 2010-2011. Sebanyak dua kali di kupang, 1 kali di alor, 1 kali di solor, 1 kali di adonara,” Wawancara via Skype dengan Direktur Knowledge Management Pikul Torry Koswardono, 2011. Pikul menggunakan pendekatan appreciative inquiry dan asset based approach. “Semacam gathering dari mereka yang sedang melakukan perubahan dan merekadiminta untuk membagi pengetahuan dan membuat semacam "pasar" agar terjadikoneksi di antara para aktor ini untuk memperbesar perubahan,” tulisnya. (*).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar