Selasa, 24 Juli 2012
MENAKAR KERJA DOKTOR RAHMAT
Tahun anggaran masih panjang sampai dengan akhir desember 2012 yang ditandai dengan penutupan tahun buku anggaran berbagai pembiayaan dan pembayaran yang dilakukan pemkot(31 Desember tiap tahunnya menjadi batas akhir). Namun kegelisahan warga terlihat dengan keluhan berupa kata "stagnan" atau jalan ditenmpatnya pembangunan di kota Bekasi.
Memang sejak 4 bulan sebelum tender di dinas-dinas yang melakukan pembangunan secara fisik sudah ada bisik-bisik bahwa lokasi pekerjaan yang sempat ditengok Walikota Bekasi, Dr. Rahmat Effendi, menjadi prioritas dan menjadi perhatian seluruh pejabat dinas. Sayangnya begitu Tri-wulan kedua lewat, dan akan memasuki bulan Agustus 2012 masih belum ada greget yang cukup berarti.
Karena kalau yang lain emosi walikota meluap-luap dan dianggap menantang, maka Corong Demokrasi (CODE) mencoba membongkar situasi yang ada dengan harapan akan diketahui sesungguhnya psikologi seperti apa yang tyerjadi dalam sebuah pemerintahan daerah yang akan melakukan pemilu kepala daerahnya.
Pertama CODE kecewa ketika diperjalanan ada pembonceng roda dua bergumam,"Hebatnya pemda Bekasi bisa bangun fly over sehebat ini,", sambil memandang jalan layang Ahmad Yani yang nilainya lebih dari Rp. 170 milyar. Setahu dan menurut rekam jejak, anggaran sebesar itu semuanya dikeluarkan oleh pengembang Pt. Summarecon Tbk.
Hal lain dengan observasi lokasi dan menggunakan voice recording, ternyata pemkot Bekasi melalui Satuanj Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada sedang menungguh berkah lahirnya center point tower II dan III. Selain itu penyelesaian fly over yang diperkirakan akan selesai bulan Desember 2012, sudah digadang-gadaqng akan banyak menghasilkan pajak yang dapat menjadi "fresh" money bagi kas pemkot Bekasi.
Belum lagi belanja pegawai dan belanja rutin perjalanan saja yang lebih banyak terserap dan dipakai oleh pemkot Bekasi. Ada asumsi bahwa pemilu nanti akan digunakan incumben untuk mempertontonkan (show of force) kekuatan yang dimilikinya dengan memberi tontonan pekerjaan-pekerjaan yang masih "anget" atau baru selesai dikerjakan.
Pemerintahan kota Bekasi sudah seperti kampus yang digunakan untuk mendidik pegawai-pegawai jujur, mengerti berapa hurup dalam kata cerdas-sehat dan ihsan. "Setriap hari kita dicekoki kata-kata kinerja, tapi mana kerja-kerja program, entah fisik atau yang lain, saya nggak tahun kapan akan dicairkannya proyek-proyek sesungguhnya itu," kata Madona (nama samaran) saat ditemui diruang kerjanya. (Don).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar