Halaman


Prabowo Subianto For Presiden

Rabu, 25 Juli 2012

GELAR DOKTOR DAN ISSUE DISPARIETES

Disparitas digambarkan sebagai adanya kesenjangan (karena beda varietas) yang cukup dalam hubungan dan interaksi serta perbandingan dalam suat skema hungan personal dan interpersonal, entah dalam tim atau organisasi yang memiliki keterkaitan secara langsung maupun tidak langsung; tapi dekat. Itu coba CODE artikan secara bebas dan kaitkan dengan issue permintaan FWB dan BMPS kota Bekasi agar Walikota Bekasi mundur bila tidak bisa memberi sanksi dalam kasus di bidang pendidikan. Rahmat Effendi sudah menjadi mounster yang lembut seperti Hulk seusai bereaksi menyapa korban yang ia bantu dalam beberapa seri kartun The Hulk, dari seorang biasa yang bahanya saat masih menjadi dewan belepotan dan kadang susah dipahami penuh lumpur politik, menjadi seorang Doktor dan memimpin birokrat. "Mungkin beliau terlalu pintar sehingga banyak staf sulit memahaminya," kata Gandul salah satu pimpinan SKPD (24/7). Jadilah ia sekarang dipanggil Doktor Rahmat Effendi, begitu agung (bukan staf Humas tapi), tinggi dan mulia. Sayang pada akhirnya benar-benar seperti universitas, yang saking tingginya orang memandang sampai tak mampu disentuh tingginya; menara gading. Ya, itulah Doktor Rahmat yang di akui CODE SMUTs sebagai Master Piece; sebuah karya adiluhung; pokoknya luar biasa, yang sebentar lagi bakalan hancur kalau tidak menyadari dan mencoba menengok kebawah lebih dalam. CODE SMUTs paham tiap hari beliau melakukan kegiatan langsung, kurang istirahat, banyak komunikasi, dan luar biasa energi diseimbangkan untuk kerja sebagai walikota serta mengkreasi sebagai pimpinan parpol. "Kalau saya lihat akhirnya beliau jadi tidak dapat lagi menempatkan diri sesuai dengan lingkungan atas suasana kerja dimana beliau berkunjung atau datangi," kata Gimun kepala SKPD juga. Komunikasi yang merakyat itu seperti apa sih sesungguhnya sehingga membedakan SBY, Soekarno, Soeharto dengan sosok Dr. Rahmat Effendi? Gelarnya? Atau apanya? Karakter? Talenta? Komunikasi massa memang butuh talenta alami seperti Soekarno, Soeharto dan SBY. (Don).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar