Senin, 23 Juli 2012
DIAGRAM DINAMIKA INFORMALITAS
Dari diagram anaotromi informatlitas tampak bahwa kita tidak bisa mencampuradukkan entitas-entitas kegiatan ekonomi tersebut walau memang terdapat area kelabu dan kaitan-kaitan yang erat antar mereka.
Dari pendefinisian ini juga kita bisa menyusun kerangka yang lebih komprehensif sekaligus mempunyai daya tapis yang cukup handal dalam menyusun kebijakankebijakan
yang terkait dengan kegiatan ekonomi tak tampak itu.
Korupsi atau usaha untuk menyembunyikan diri dari pajak dengan menciptakan ‘wajah sektor informal’ sebagai kedoknya misalnya adalah usaha yang jelas-jelas merupakan underground sector yang perlu ditindak melalui prosedur hukum yang tegas. Sering kita
mendengar adanya fenomena cukong pedagang kakilima yang mengindikasikan adanya usaha bawah tanah untuk mengelabui hukum ini.
Namun demikian, tidak semua pedagang kaki lima dikoordinir dan dimiliki oleh para cukong. Lebih sering mereka melakukan transaksi dimana cukong yang mempunyai modal cukup kuat menyewakan gerobag dorong dan ‘manajemen pemasarannya’ dilakukan secara individual oleh para pedagang. Relasi ini tentu menghasilkan ruang kelabu antara aktifitas ekonomi informal dan Diagram anatomi informalitas (Sumber Bernabè, 2002), ekonomi bawah tanah (underground sector).
Oleh karenanya metode penapisan sangat diperlukan sebelum dilakukan generalisasi hanya berdasar fenomena cukong yang lantas menjustifikasi adanya penggarukan. Metode penapisan yang reliabel dan sahih untuk membedakan antara kegiatan ekonomi informal dengan kegiatan yang lain adalah tugas yang jelas menjadi pekerjaan yang besar, namun itu akan menjadi tugas bagi sebuah makalah yang lain lagi.
Anatomi yang dikembangkan oleh Bernabè sangat berguna untuk menghilangkan dikotomi antara formal dan informal. Hal ini penting lantaran ketika melihat dalam posisi dikotomis, sedikit atau banyak pandangan ini lantas mengaburkan atau menghilangkan kait hubung antar keduanya. P.W Daniels menegaskan bahwa ketika kita berfokus pada salah satu (dan kebanyakan pada wacana informalitas ini) maka kaitan dengan ekonomi formal lantas agak dikesampingkan.
Di kota terutama, mengenali interkoneksi antar keduanya, bagaimana kreatifitas, sikap kewirausahaan, dan pemanfaatan modal manusia (human capital) adalah salah satu kebijakan kunci bagi pembangunan kota. Di wilayah inilah sayangnya kita sering bersikap menerima apa adanya dengan memposisikan mereka sebagai entitas yang terpisah: sebuah cara pandang yang tidak produktif (Daniels 2004). (BERSAMBUNG.....).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar