Kamis, 29 Maret 2012
MAHASISWA TOLAK KENAIKAN HARGA BBM, AWAK ANGKUTAN TOLAK BUS WAY
Aksi unjuk rasa mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) dengan menduduki perempatan Jalan Cut Mutia, Bekasi berakibat ketegangan (28/3). Polisi dengan sigap mendorong mahasiswa untuk menepi disekitar perempatan tersebut.
Kontan mahasiswa menolak untuk menepi karena mereka merasa sudah mengeluarkan surat pemberitahuan aksi tolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak ke polres Metro Bekasi. "Kami sudah izin aksi dan tempatnya jelas di perempatan ini," Kata salah seorang pengunjuk rasa.
Aksi yang berbarengan dengan kunjungan gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo untuk meresmikan feerder bus way di kota Bekasi. Aksi ini juga diikuti mogok sopir Angkutan Kota Dalam Kota (AKDP) jurusan Cikarang-Pulogadung.
Awak armada bus 3/4 tersebut menentang kehadiran bus way yang akan beroperasi di kota Bekasi dengan adanya feerder bus way di terminal Bekasi. Sekitar 20 armada AKDP sengaja di parkir di tepi kanan dan kiri jalan Chairil Anwar, Bekasi.
Bahkan Kapolres Metro Bekasi Kombes Priyo Budiyanto MM., sengaja datang ke lokasi unjuk rasa mahasiswa dan pemogokan awak Armada AKDP. Kapolres turun langsung untuk berdialog dengan awak bus serta memberi semangat anak buahnya yang menjaga aksi agar tertib.
Terlihat arus lalu lintas di jalan cut Mutia agak tersendat dan padat karena aksi unjuk rasa tepat berada di tengah dan menutup akses salah satu jalur. "Kalau aksinya di tengah-tengah begitu bagaimana kendaraan bisa lewat," Kata pengendara roda 2 yang melintas.
Setelah Kapolres berdialog dengan awak bus AKDP, sopir dan kernet bus sepakat tidak menggangu lalu lintas jalan. "Padahal kami hanya ingin masuk ke dalam terminal Bekasi untuk menyampaikan aspirasi penolakan kehadiran bus way di kota Bekasi," Kata Ucok salah satu sopir bus.
Sedangkan pengunjuk rasa dari SMI tetap berorasi menolak kenaikan harga BBM yang akan Dilakukan pemerintah sebagai penyesuaian harga minyak mentah dunia. Mereka menganggap kebijakan SBY-Bordiono merupakan bentuk lepasnya tanggungjawab pemerintah pada kesejahteraan Rakyatnya.
SMI juga mempertanyakan tindak kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian saat aksi besar penolakan kenaikan harga BBM tanggal 28 Maret lalu. "Tolak Kenaikan harga BBM dan tarif tol, tolak anarkisme polisi pada pengunjuk rasa dan mahasiswa," teriak para pengunjuk rasa.
Dalam aksi tersebut SMI mengeluarkan 3 (tiga) tuntutan yang diajukan pada pemerintah pusat. Pertama, Menolak kenaikan harga BBM, Tarif tol dan Tarif Harga Listrik (TDL). Kedua, hentikan eksploitasi tambang dengan merampas tanah Rakyat, serta seruan pada pemerintah untuk melawan kapitalisme pendidikan. (Don).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
walaupun kenaikan bbm di undur namun massa tidak boleh lengah karena bisa jadi ini akan membiaskan gerakan progressif yang cukup memberatkan rezim pada saat perlawanan menolak kenaikan bbm tersebut
BalasHapus