Halaman


Prabowo Subianto For Presiden

Selasa, 13 April 2010

Listrik Sampah Akan Penuhi Kebutuhan Listrik Rumah Tangga


Penyaluran listrik hasil olahan sampah dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang kepada ribuan rumah di sekitar Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi dipastikan akan dilakukan Juni 2010 mendatang.

Hal tersebut ditegaskan Direktur PT Godang Tua Jaya selaku pengelola TPST Bantar Gebang, Douglas Manurung. Menurut Douglas, saat ini instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) telah siap dioperasikan untuk memproduksi listrik sebesar dua megawatt (Mw).

Douglas menjelaskan, sebelum didistribusikan kepada masyarakat, listrik hasil produksi sampah tersebut, terlebih dulu dijual kepada pihak PLN Bekasi. Memmorandum of Understanding (MoU) mengenai nilai rupiah per Kilo watt hours (Kwh) masih dalam pembahasan antara pengelola listrik di TPST Bantar Gebang dengan PLN." katanya seraya mengatakan, jika sudah ada kesepakatan harga, maka distribusi listrik kemasyarakat bisa berjalan lancar.

Sebelumnya pengoperasian proyek bernilai Rp700 miliar tersebut sempat tertunda, namun pada Juni atau Juli 2010 rencana itu dipatikan terealisasi. Dikatakan, tidak ada persoalan mengenai proses produksi maupun instalasi PLTS. Pun pengelola TPST yakni PT GTJ dan PT Navigat Organic Energi (NOE) Indonesia menyatakan siap. Kesiapan itu dibuktikan kala Wapres Boediono pada Jumat (19/3/2010) menyaksikan pengoperasian listrik 2 Mw diarea pengolahan sampah milik Jakarta ini.

Suplai listrik, lanjutnya, hanya menunggu waktu dimana tidak terjadi kendala produksi. Disatu sisi kesepakatan harga yang tertuang dalam MoU pengelola TPST yakni Rp.850.-/Kwh belum menghasilkan kesepakatan dimana pihak PLN hanya menyanggupi Rp.700.-/Kwh. "Semoga saja pembahasan harga jual listrik olahan sampah menemukan titik terang sehingga bisa didistribusikan kemasyarakat," harapnya.

Lebih jauh Douglas mengatakan, dengan asumsi penggunaan listrik sebesar 450 watt/ rumah, listrik 2 Mw (2 juta watt) yang diihasilkan PLTS bisa disuplai untuk 4.000 rumah lebih. Terobosan demikian tentunya dapat membantu krisis energi listrik yang saat ini terjadi.

Dilahan seluas 20 hektar itu, listrik diolah secara modern yakni dengan sistem Landfill Gasification, Thermal Process Gasification, dan Anaerobic Digestion. Sistem Landfill Gasification diketahui mampu menghasilkan listrik sementara Thermal Process Gasification yakni mengolah sampah kering dengan cara pemanasan dalam ruang tertutup (Pyrolisis). Pun teknologi ketiga yaitu Anaerobic Digestion, berupa memilah sampah basah dan diproses secara biologi untuk kemudian menghasilkan gas metan. Gas metan merupakan bahan bakar penggerak mesin yang nantinya menghasilkan energi listrik. "Sementara waktu listrik yang dihasilkan sebanyak 2 Mw, namun hingga akhir 2008 produksi listrik bisa mencapai 8 Mw dan bertambah menjadi 12 Mw pada 2010.

Sampah yang masuk TPST kata dia, tiap harinya mencapai 4.500-6.000 ton, dengan jumlah sebanyak itu sampah ibukota diprediksi mampu menghasilkan listrik 26 Mw. Bahkan guna menghasilkan listrik 1 Mw, dibutuhkan sebanyak 350 meter kubik gas metan/jam dimana kadar gas metan yang baik yakni memiliki kubikasi sekitar 50%. Kadar gas metan di TPST saat ini terbilang rendah namun peningkatan kubikasi metana tengah dilakukan dengan cara perbaikan pengolahan sampah. "Kadar gas metan akan ditingkatkan agar produksi listrik bisa tercapai. (bekasinews).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar