Minggu, 22 Mei 2011
MELIHAT HIRUK-PIKUK JAKARTA JELANG KONGGRES PSSI
Kesibukan membenahi beberapa berkas tumpukan Harian Umum KOMPAS, membawanya dengan tas yang dibeli di GIANT Mega Bekasi. Kesan Jakarta benar-benar sibuk sebagai ibukota negara sangat terlihat dalam perjalanan Bekasi-Jakarta. Saya sempat melongok beberapa perkantoran sepanjang jalan MT. Haryono. Kemacetan di depan Direktorat Jendral Pajak merupakan tanda Jakarta sedang berbenah.
Saya ingat beberapa sertifikat dan ijazah yang tersimpan di Sentul International Convention Center (SICC)dan sempat gelisah akibatnya. Mata tertuju pada Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya (Mapolda) sebagai wujud kepercayaan tindakan ada lagi pemalsuan ijazah serta duplikasi identitas. Sambil menarik nafas saya pandangi Hotel Sultan, tempat digelarnya acara Konggres Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Saya pikir Konggres PSSI memang menjadi pusat perhatian selain SEA GAMES yang akan digelar di Indonesia tahun 2011.
Beberapa jalan sekitar Jakarta memang sedang diperbaiki sebagai wujud pembenahan diri Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai tuan rumah beberapa venue. Saya menyapa beberapa teman untuk menyampaikan salam dan ucapan selamat untuk kerja keras yang dilakukan. Pembenahan ekonomi, keamanan, pembangunan diharapkan dapat membantu membangkitkan kembali Kebangkitan ekonomi dan pembangunan Indonesia.
Dalam perjalanan menyusuri Jakarta beberapa tembang Sherina, Mars Suara Samudera serta the Beatles sempat terlantun. Jakarta dihati, sangat identik dengan lenggak-lenggok dan beberapa kenangan tentang Embassy. Banyak pelajaran menghargai tamu negara, memberi senyum, menyapa serta membuat mereka semua menjadi nyaman tinggal berlama-lama di Jakarta.
Saya memberi salam untuk beberapa teman anak-anak duta besar negara sahabat yang sempat bertemu tahun 2010 lalu. Ingat beberapa pesan pak Prabowo Subianto dan seorang teman, membangun dunia yang damai adalah pekerjaan yang teramat sulit kalau hanya diimpikan saja dan akan terasa ringan kalau dilakukan secara bersama-sama. Saya hanya tertawa melihat perayaan hari kebangkitan nasional 20 Mei 2011 lalu masih menggunakan batu. Pengalaman melihat dari televisi saat Ibu Rachmawati Soekarno Putri menjelaskan kejadian salemba tahun lalu, di Universitas Bung Karno, masih terulang lagi.Dony.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar